Optimisme adalah keyakinan pada yang terbaik dan harapan akan hasil yang baik. Orang yang optimis memandang masa depan dengan percaya diri dan bersedia melakukan upaya untuk membawa perubahan positif.
Meskipun optimisme kadang-kadang dikritik sebagai suatu keyakinan yang naif dan tidak berdasar, manfaatnya pada kenyataannya didukung dengan baik oleh penelitian ilmiah. Orang optimis hidup lebih lama, lebih jarang menderita depresi, dan lebih aktif dalam mencapai tujuan mereka.
Optimisme moderat bermanfaat bagi kesehatan mental dan fisik, kesuksesan karier, hubungan, dan banyak aspek kehidupan lainnya. Mari kita lihat lebih dekat dari mana asal posisi hidup positif ini dan bagaimana mengembangkannya.
Asal usul optimisme
Pertama, pandangan dunia yang optimis lebih mudah dibentuk di masa kanak-kanak, ketika seseorang terbuka terhadap kesan baru, mudah diajar, dan fleksibel dalam penilaian. Jika seorang anak dikelilingi oleh perhatian, perhatian, dan dukungan dari orang dewasa yang berarti, jika ia lebih sering beruntung daripada bermasalah, peluang untuk tumbuh menjadi orang yang optimis dan ceria meningkat secara signifikan.
Sebaliknya, jika seorang anak harus menghadapi kesulitan kronis, ketidakadilan, kekejaman dari orang lain, kemungkinan besar ia akan mengembangkan keyakinan negatif tentang dirinya sendiri, dunia, dan masa depan. Hal ini akan menjadi landasan bagi pesimisme dan ketidakpercayaan terhadap kemungkinan adanya perubahan ke arah yang lebih baik.
Tentu saja, orang dewasa bukanlah “batu tulis kosong”. Bahkan mereka yang tumbuh di lingkungan yang tidak menguntungkan, dengan keinginan dan usaha, dapat membangun kembali pandangan mereka terhadap dunia. Namun masa kanak-kanak dan remaja masih meninggalkan jejak tertentu.
Kedua, berkembangnya optimisme sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan sikap yang diterima dalam keluarga dan lingkungan terdekat. Jika orang tua, guru, dan orang dewasa yang penting percaya pada yang terbaik, menetapkan tujuan yang ambisius dan tahu bagaimana menikmati hidup, kemungkinan besar anak akan mempelajari model pemikiran dan perilaku positif ini.
Dia akan menyerap perasaan bahwa dunia pada umumnya baik hati, dan hambatan dapat diatasi melalui upaya bersama. Dan bahkan ketika menghadapi kesulitan yang nyata, orang seperti itu cenderung tidak putus asa dan apatis, sambil mempertahankan keyakinan bahwa semuanya akan berhasil. Dalam arti tertentu, optimisme baginya akan menjadi komponen alami dan integral dalam gambarannya tentang dunia.
Sebaliknya, seorang anak dari keluarga yang memiliki sikap negatif, banyak mengeluh, saling memfitnah, dan saling menyalahkan, cenderung menganggap sikap pesimis sebagai hal yang lumrah. Akan lebih sulit baginya untuk percaya bahwa sesuatu bergantung pada dirinya secara pribadi, dan menemukan kekuatan mental untuk melawan kesulitan hidup.
Ketiga, optimisme diperkuat oleh tantangan-tantangan yang telah diatasi di masa lalu. Jika seseorang, sejak usia muda, menghadapi kesulitan yang serius – penyakit, masalah keuangan, hubungan keluarga yang sulit, dll. – tapi entah bagaimana dia berhasil mengatasinya, perjuangan ini mengembangkan karakternya dan memperkuat keyakinannya pada kekuatannya sendiri.
Pengalaman seperti itu menanamkan keyakinan bahwa kesulitan dalam hidup memang terjadi, tetapi bisa diatasi. Dengan setiap “kemenangan” baru yang diraih, seseorang semakin diperkuat dalam gagasan bahwa ia bukanlah korban keadaan yang tidak berdaya, tetapi penguasa nasibnya, yang mampu mempengaruhi peristiwa dan mengubah situasi menjadi lebih baik. Ini adalah sumber optimisme dan ketahanan yang kuat.
Sebaliknya, mereka yang segala sesuatunya selalu mudah, yang tumbuh dalam kondisi hangat dan nyaman, sering kali merasa sulit untuk menghadapi ujian serius pertama. Mereka kekurangan sumber daya internal, kepercayaan diri dan sikap positif, sehingga masalah apa pun membuat mereka gelisah dan menyebabkan stres. Akibatnya, orang-orang seperti itu sering kali berubah menjadi pesimis, yakin bahwa dunia sedang bermusuhan dan masa depan tidak ada harapan.
Bagaimana cara mengembangkan optimisme dalam diri Anda?
Pertama, sangat bermanfaat untuk secara rutin memperhatikan dan secara sadar mencatat momen-momen positif yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak peduli seberapa kecil atau biasa hal tersebut terlihat, penting untuk menghargai tindakan keberuntungan atau kebaikan ini dan tidak menganggapnya remeh.
Kita cenderung fokus pada masalah dan kesulitan, cepat melupakan hal-hal baik. Oleh karena itu, ada baiknya dengan sengaja “melatih” kemampuan untuk memperhatikan alasan rasa syukur, kegembiraan dan harapan. Bahkan membuat entri harian sederhana yang mencantumkan hal-hal positif ini secara bertahap akan mengubah suasana hati Anda secara keseluruhan.
Kedua, optimisme yang rasional dan seimbang didasarkan pada penilaian realistis terhadap situasi saat ini dan sumber daya yang tersedia untuk memperbaikinya. Jika seseorang menghadapi kesulitan dalam hidup, alih-alih menjadi panik, apatis, atau menyalahkan diri sendiri, ada baiknya menganalisis esensi masalah seobjektif mungkin dan mengambil langkah konstruktif untuk mengatasinya.
Ini akan membantu, jika tidak menemukan solusi instan, setidaknya memulihkan rasa kendali atas peristiwa, menenangkan diri dan mempertahankan sikap positif yang diperlukan untuk perjuangan lebih lanjut. Pendekatan analitis ini juga memperkuat keyakinan rasional terhadap kemungkinan mendasar perubahan ke arah yang lebih baik dengan menyesuaikan tindakan seseorang.
Ketiga, penting untuk menjaga dialog internal yang optimis dan memperhatikan cara Anda menjelaskan berbagai peristiwa kepada diri sendiri. Ketika orang mengalami kegagalan, orang yang pesimis mengaitkannya dengan faktor internal yang stabil (“Saya pecundang yang putus asa”), sedangkan orang yang optimis mengaitkannya dengan faktor eksternal yang bersifat sementara (“Saya hanya kurang beruntung kali ini”).
Latih kemampuan Anda untuk menafsirkan kesulitan sebagai akibat dari kombinasi keadaan, pilihan strategi yang salah, kelelahan sementara, dll. Yakinkan diri Anda bahwa kemampuan, pengalaman, dan sumber daya Anda memungkinkan Anda sukses di masa depan dengan perubahan pendekatan. “Propaganda diri sendiri” yang positif seperti itu lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan.
Keempat, lingkungan tempat seseorang berkomunikasi dan bekerja sangatlah penting. Sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang berpikiran sama dengan pandangan dunia positif yang serupa menciptakan efek sinergi. Ini membantu Anda mengatasi stres dengan lebih mudah, memotivasi Anda, dan menanamkan kepercayaan diri pada keberhasilan tujuan bersama Anda.
Sebaliknya, terus-menerus berada dalam lingkaran pengeluh dan kritikus memiliki efek menyedihkan dan seiring waktu membangun kembali jiwa bahkan orang yang awalnya berpikiran positif. Oleh karena itu, jika diberi kesempatan, ada baiknya memilih orang-orang yang berpikir kreatif untuk komunikasi yang erat.
Kesimpulan
Jadi, optimisme yang moderat dan seimbang merupakan posisi penting dalam hidup yang memiliki dampak luar biasa terhadap kesehatan, prestasi, dan kebahagiaan pribadi seseorang. Untungnya, bahkan mereka yang pada dasarnya tidak diberi optimisme dapat mengembangkannya dalam diri mereka dengan bantuan teknik psikologis tertentu.